Membangun Indonesia melalui Dunia Pendidikan dengan Pembelajaran Dalam Jaringan yang efektif dan menyenangkan
Enam bulan sejak pertengahan bulan Maret lalu Indonesia serius menangani covid-19, semua aspek kehidupan mengalami perubahan luar biasa. Yang paling terasa di dunia pendidikan dimana sebelumnya setiap pagi jalanan ramai dengan siswa siswi berseragam sekolah yang berangkat dengan bebas ketawa ketiwi ceria disertai ejek mengejek bahkan bercanda tanpa beban. Jalanan macet oleh hilir mudik kendaraan yang berseliweran karena mengejar waktu agar tidak telat di tempat kerja. Namun sudah enam bulan ini hal itu tak terlihat lagi.
Walaupun sudah era New Normal dimana kita harus mampu adaptasi dengan kebiasaan baru, siswa masih belum bisa datang ke sekolah. Hal ini dikarenakan banyak faktor baik itu dari kesiapan pihak sekolah untuk menyediakan protokol kesehatan yang memadai, ataupun pihak orangtua/siswa sendiri yang belum siap memfasilitasi diri untuk mematuhi protokol.
Pada akhirnya sebagian besar sekolah mengambil kebijakan belajar di rumah dan gurunya melakukan Work From Home. Meskipun sama-sama di rumah namun diharapkan pembelajaran tetap berjalan walau dengan penyesuaian yaitu dengan sistem pembelajaran dalam jaringan (daring).
Berbagai strategi pun dilakukan guru untuk memfasilitasi siswanya. Bahkan tidak sedikit yang mendadak jadi youtuber. Guru dituntut untuk lebih melek teknologi, meningkatkan kemampuannya dalam mendukung pembelajaran daring. Hal ini mendorong banyak instansi menyelenggarakan pelatihan-pelatihan virtual untuk meningkatkan kompetensi guru. Guru pun berlomba merencanakan strategi yang efektif untuk melayani siswanya. Antara lain dengan pemanfaatan media online seperti yang coba penulis lakukan yaitu :
1. Whatsapp group
2. Google classroom
3. Zoom meeting, webex google meet
4. Blog
5. Google form
6. Zoho form
7. Kahoot
8. Quiziz
9. Youtube
10. dll
Selain memanfaatkan media online tersebut, penulis juga mengaplikasikan beberapa metode untuk memastikan keaktifan siswa dalam pembelajaran, antara lain :
1. Diskusi di WA grup, classroom, blog
2. Penugasan membuat konten materi di youtube
3. Membuat produk
4. Observasi
5. Games dengan quiziz /kahoot
6. Video conference
Dengan menggunakan media dan metode yang disampaikan diatas, semuanya bisa sangat efektif dan menyenangkan tapi sebaliknya bisa menjadi tidak efektif dan membosankan. Penulis berani mengatakan demikian karena pengalaman penulis sendiri. Dalam hal ini telah mencoba semua strategi diatas, namun ternyata keaktifan siswa tidak lebih dari 50%.
Berdasarkan analisis penulis, dengan bertanya kepada siswa melalui WA group bahwa faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa adalah "kuota internet". Semua strategi diatas dapat berjalan efektif dan menyenangkan jika semua pihak dalam hal ini siswa dan guru memiliki kuota internet yang cukup memadai. Dan ketika hal itu tidak tersedia maka pembelajaran terkesan memberatkan. Padahal seyogyanya belajar di rumah menjadi hal yang sangat diidamkan oleh sebagian besar siswa karena mereka bisa leluasa belajar sesuai gaya mereka tanpa harus berseragam, terikat aturan dan tata tertib lainnya, bahkan waktu belajar yang lebih fleksible. Namun pada kenyataannya malah menjadi beban.
Yang teramat penting efek dari Belajar di Rumah (BDR) ini adalah guru sulit mengamati karakter siswa secara objektif. Padahal karakter adalah hal utama yang seharusnya menjadi prioritas dalam hasil belajar. Bisa jadi guru menilai seorang siswa dianggap tidak bertanggung jawab atas tugas yang diberikan karena tidak menyerahkan tugas tepat waktu, padahal siswa tersebut tidak memiliki kuota internet atau bahkan tidak ada HP untuk akses tugasnya. Jadi penilaian guru terhadap siswa tersebut tidaklah objektif.
Berdasarkan kenyataan di lapangan seperti yang diuraikan diatas, pembelajaran dalam jaringan akan sangat efektif dan menyenangkan jika fasilitas terutama internet dan alat bantu komunikasinya memadai. Namun sebaliknya pembelajaran daring bisa jadi keluhan sebagian besar orang tua yang mungkin harus menjadi guru dadakan dan menjadi beban bagi siswa karena kuota internet yang harus selalu dianggarkan. Yang lebih ditakutkan lagi, kaum rebahan semakin keenakan dengan alasan tidak punya anggaran.
Namun demikian, siapapun kita harus tetap optimis. Ketika nanti Indonesia pulih dari pandemi, saat siswa kembali ke sekolah, dan guru tidak lagi bekerja dari rumah, Indonesia sudah maju selangkah dalam pendidikan berbasis IT. Semua orang melek teknologi, semua pihak mau tidak mau mengupgrade kemampuan sesuai bidangnya. Yang pada akhirnya, semua pihak berkontribusi menjadikan Indonesia lebih maju.
Dirgahayu Indonesiaku
75 usiamu, semoga covid segera berlalu 🤲
https://hariinspirasiku.blogspot.com/2020/08/tetap-optimis-walau-krisis.html peserta lomba blog 108
BalasHapusTerimakasih atas ksmpatan nya om jey.. Walau terkirim di detik2 terakhir 😊
BalasHapus